Rabu, 31 Desember 2014

Rafi Pilih Komoditas yang Tak Diatur Pemerintah

Lowongan Pegawai Negeri Sipil (PNS) masih menjadi primadona bagi banyak orang. Namun Muhammad Rafi (33), sarjana Elektro di satu perguruan tinggi di pulau Jawa ini tak berminat
menjadi karyawan apalagi pegawai.

Pria asal Desa Penyalai, Pelalawan ini lebih memilih menekuni usaha kebun Jambu Air Madu Deli Hijau (MDH) di Jalan Sepakat, Kulim, Pekanbaru. Dari 150 batang yang dimilikinya, hasilnya diklaim bisa mengalahkan sawit dua hektar.

Kenapa tidak, dari satu kilogram Jambu MDH bisa dihargai Rp 40ribu. Bila dalam sehari minimal jambu laku 5 Kg, maka dalam sebulan Rafi sudah berpenghasilan bersih jutaan rupiah.

Gambar 1. Rafi Panen Jambu Madu di Kebun

Baginya menjadi seorang pegawai hanya punya waktu luang yang terbatas. Lain dengan menjadi wiraswasta, dirinya tidak terikat dan bisa memilih waktu luang untuk berkumpul bersama keluarga kapan saja.

"Mungkin ada benarnya, setinggi apapun pangkat, kita tetap bawahan. Sekecil apapun usaha, kitalah bosnya," ujarnya Senin (20/10/2014).

Rafi memang gemar berwiraswasta, dan selepas tamat kuliah memilih terjun ke usaha rumah makan. Namun apa yang didapat Rafi bukan tanpa hambatan dan merugi. Seiring berjalannya waktu, usaha kulinernya tersebut terpaksa ditutup, karena merugi. "Namanya usaha pasti ada kendala. Tapi bukan berarti kita harus berhenti," katanya.

Gambar 2. Mengumpulkan Hasil Panen Jambu Madu


Kemudian ia beralih ke dunia usaha minuman jus. Berbekal satu unit mobil modifikasi, dirinya memulai usaha. "Alhamdulillah, sudah berjalan baik, bahkan saya sempat punya tiga unit dan 15 karyawan," cerita pria berprawakan kecil ini. Namun hambatan kembali diterimanya, sehinga membuat Rafi mesti memilih usaha lain.

Akhirnya dirinya tertarik pada usaha Jambu Madu Deli hijau (MDH) yang dijumpainya di Dumai. "Waktu itu saya hanya mencicipi, lalu tertarik. Karena rasanya yang manis dan gurih," kisahnya.

Selain itu dirinya ingin memiliki usaha yang harga produknya tidak diatur pemerintah. "Pernah kepikiran tanam cabe, tapi pasti harganya diatur sama pemerintah. Kalau Jambu ini kan tidak, asal orang suka berapapun tetap ada yang beli," sebutnya.

Lalu mulailah Rafi menyampaikan niatnya untuk berbudidaya kepada pemilik usaha di Dumai tersebut. "Awalnya pemilik menolak, tidak menjual bibitnya. Namun karena sering komunikasi dan berhubungan baik karena saya sering beli jambu di tempatnya, akhirnya pemilik menjual bibit jambu," sebutnya.

Lalu mulailah Rafi membudidaya 100 bibit yang dibeli per batang seharga Rp 500ribu di lahan 30x30 meter persegi samping rumahnya. Tapi pilihannya ini malahan dipandang sebelah mata oleh orang keluarga.

"Orang tua, bahkan keluarga semuanya pesimis. Tanggapannya sama, untuk apa berbisnis jambu pasti rugi. Tapi saya dengarkan saja, dan buktikan kalau pilihan saya tidak salah," katanya seraya tersenyum.

Akhirnya dengan perawatan yang baik, serta informasi sukses dalam berkebun, selama dua setengah tahun bibit jambu yang dirawat bersama adiknya, membuahkan hasil. Melihat kemajuan tersebut, mulailah orang-orang yang dulunya meragukan, menjadi tertarik. "Bahkan sudah ada yang juga ikut untuk berbisnis Jambu Madu ini," sebutnya.

Peminat jambu budidaya Rafi terus meningkat. Pemasarannya pun sudah masuk ke swalayan-swalayan di Pekanbaru. Bahkan bukan hanya buahnya saja, tetapi juga bibitnya mulai dilirik.

"Saya terbuka kepada siapa saja yang ingin membudidayakan jambu ini. Karena memang tanaman buah ini berpotensi untuk dikembangkan," katanya.

Rafi mengajak untuk masyarakat lebih banyak berwiraswasta. Selain bisa menambah penghasilan, juga bisa membuka lapangan pekerjaan. "Yang terpenting dengarkan hati, pilihan sendiri. Tanggapan orang lain dengarkan saja, karena kita yang menjalani, bukan orang lain," sarannya. (Tulisan dimuat juga di bertuahpos.com)

Wow Keren, Pekanbaru Bisa Jadi Eksportir Buah

Menjadi petani saat ini belum menjadi pilihan utama. Apalagi bagi warga perkotaan yang tinggal di kediaman dengan lahan terbatas. Namun dengan varietas unggulan, serta kemajuan teknologi bertani di perkotaan bukan hal mustahil.

Caranya tidak sulit Petani Jambu air Madu Deli Hijau (MDH). Rafi menyebutkan Pekanbaru bisa menjadi pemasok Jambu MDH kerena dengan pola Tanaman Buah Dalam Pot (Tabulapot) tidak memerluan lahan yang luas.

Cukup satu rumah pelihara tiga bibit jambu. Selama enam sampai delapan bulan sudah bisa berbuah. Jika satu perumahan ada 50 rumah, tinggal adakan koordinator yang mendistribusikan ke pusat perbelanjaan. Dengan begitu selain menghemat biaya perawatan, bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dari pada hanya merawat bunga, memelihara Jambu MDH lebih menguntungkan.

Bila pola ini dilakukan di banyak perumahan yang ada di Pekanbaru, bukan tidak mungkin bisa diekspor. "Jika pembudidaya sudah banyak, jambunya bisa diekspor ke luar negeri," katanya.

Gambar 1. Pelanggan Setia Pemesan Jambu Madu

Bagi saya, budidaya buah asal Sumatera Utara (Sumut) ini, tidak rumit. Cukup memperhatikan asupan air, pupuk, dan hama.

Sebenarnya dengan pola Tanam Buah Dalam Pot (Tabulapot) memudahkan dari segi budidaya. Selain mudah dijangkau, tanaman tidak memerlukan lahan yang luas. "Jambu MDH memang jagonya tanaman dalam pot," sebutnya. (Tulisan juga dimuat di bertuahpos.com)

Tips Jitu Agar Jambu Madu Bisa Berbuah Lebat dan Manis

Kunci sukses budidaya Jambu Air Madu Deli Hijau (MDH) selain bibit kualitas unggul, yakni terletak pada perawatan. Jika salah perawatan, bisa jadi jambu yang dihasilkan tidak manis bahkan gugur sebelum matang karena di serang hama.

Bagi saya budidaya buah asal Sumatera Utara (Sumut) ini, tidak rumit. Cukup memperhatikan asupan air, pupuk, dan hama.

Sebenarnya dengan pola Tanam Buah Dalam Pot (Tabulapot) memudahkan dari segi budidaya. Selain mudah dijangkau, tanaman tidak memerlukan lahan yang luas. Jambu MDH memang jagonya tanaman dalam pot.

Setelah pemilik mendapatkan bibit yang bagus, setiap batang dalam pot mesti diberi jarak sekitar 2,5 - 3 meter. Itu berguna untuk menjaga pertumbuhan batang tidak saling ganggu.




Gambar 1. Jarak Ideal Pohon Jambu Madu

Selain itu yang perlu diperhatikan, yakni penyiraman. Jambu MDH mesti disiram pagi dan sore hari, namun bila panas terik intensitas penyiraman ditambah jadi 3-4 kali. Kalau saya menggunakan teknik irigasi tetes, melalui metode manual juga bisa.

Pemupukan juga dilakukan satu kali seminggu, menggunakan pupuk kandang dicampur sedikit NPK. Kalau sedang berbuah, pemberian pupuk bisa ditambah dua kali seminggu.

Hama lalat buah juga mesti diperhatikan. Hal ini untuk menghindari buah menjadi busuk sebelum panen. "Kalau menghindari lalat buah bisa dengan cara membungkus, atau pakai perangkap sederhana.

Selain itu saya menyarankan bila pohon telah berputik agar diseleksi. Kalau saya jika ada tiga putik di satu tangkai, dua saya buang. Hanya satu yang dipertahankan, ini berguna untuk menjamin rasa buah tetap manis, tidak terbagi.


Gambar 2. Posisi Jambu Madu yang menggantung


Selain itu bila bakal buah muncul, saya menyarankan pertahankan Jambu yang berposisi mengantung. Kalau ada yang tumbuh ke atas di buang saja, karena nanti jika besar akan patah. (Tulisan dimuat juga di bertuah.com)

Jambu Madu Polibet, Cocok untuk Berkebun di Perkotaan

Punya lahan terbatas dan bingung untuk di manfaatkan? Coba saja untuk budidaya tanaman buah dalam pot (Tabulampot). Metode ini bisa menjadi satu alternatif buat anda yang ingin berwirausaha.

Seperti yang saya lakukan sebagai pemilik usaha kebun Jambu Madu Deli Hijau (MDH), Budidaya Jambu MDH ini cocok untuk pemilik lahan tidur yang terbatas.






                                 Gambar 1.  Rafi Di Samping Jambu Madu dalam Polibet

Untuk budidaya satu pohon jambu MDH hanya membutuhkan polibet yang tak terlalu besar. Sehingga luas lahan bisa dimaksimalkan untuk ratusan pohon. "Karena MDH ini jagoannya tanaman buah dalam polibet.

Gambar 2. Jambu Madu Di Dalam Polibet





Budidaya jambu ini juga bisa menambah penghasilan. Harga satu kilogram Jambu MDH Rp 40 ribu di pasaran. Saat ini di lahan saya berukuran 30x30 meter persegi, sudah memiliki 150 batang pohon yang berbuah lebat. Jika sehari saja laku 10 Kg, sudah berpenghasilan Rp 400 ribu perhari. Jadi dari 100 batang dengan panen 1Kg perbatang saja, tiap bulannya sudah bisa mengalahkan penghasilan dari sawit dua hektare.

Selain buah, masyarakat juga banyak membeli bibit Jambu Madu milik saya. Harga yang ditawarkan bervariasi, mulai Rp 50ribu sampai Rp 3juta, sesuai ukuran dan umur bibit jambu. Soal kualitas tak perlu khawatir, kalau perawatannya bagus enam bulan sampai delapan bulan sudah bisa panen.

Bahkan kini saya kewalahan memenuhi permintaan pasar. Untuk itu saya mengajak masyarakat yang lain untuk membudidayakan tanaman buah dari Sumatera Utara ini. Sebab pemasok lokal jambu ini masih sedikit. Jika ada yang berminat budidaya, silahkan datang. Saya jual bibitnya, jika ada yang ditanyakan seputar pemeliharaan akan saya beri jawabannya.

Untuk tahu lebih banyak budidaya Jambu MDH ini dapat menghubungi saya (Rafi di 081371015202). Atau bisa juga langsung berkunjung ke kebun yang beralamat Jalan Sepakat, Perum BMP Blok B No. 8, Kulim Pekanbaru.

Panen Tiap Hari, Kebun Jambu Madu Rafi dikembangkan menjadi Agrowisata

Selain dijual di toko-toko atau swalayan, kebun Jambu Air Madu Deli Hijau (MDH) milik saya ini juga diperuntukkan sebagai Agro wisata. Setiap akhir pekan, kebun ini selalu diramaikan pengunjung.
 
Kebun yang beralamat di Jalan Sepakat, Kulim ini memang dipenuhi jambu siap panen tiap harinya. Kebun ini juga dijadikan sebagai tempat wisata. Jadi sambil bawa anak-anak mereka bisa lihat-lihat dan metik sendiri dari batang.

 Gambar 1. Raffi di sela-sela Tabulampot Jambu Madu Miliknya.
 Gambar 2. Hamparan Jambu Madu di Kebun Mini




Selama dua setengah tahun membudidayakan jambu varian Sumatera Utara (Sumut) ini, pengunjungnya terus berkembang. Tidak hanya berasal dari dalam Kota Pekanbaru, tapi juga dari luar.

Kebanyakan pengunjungnya masyarakat sekitar sini, tapi ada yang berasal dari Siak, Pelalawan, dan Kampar juga ada. Biasanya tiap Sabtu dan Minggu ramai.

Pengunjung bisa datang untuk berjalan-jalan melihat cara budidaya Tanaman Buah dalam Pot (Tabulapot). Masuk ke area di dekat perumahan ini tidak dipungut biaya. "Kalau mau beli jambunya bisa petik sendiri Rp 40ribu per kilogram.

Budidaya jambu ini juga bisa menambah penghasilan. Harga satu kilogram Jambu MDH Rp 40ribu di pasaran. Saat ini di lahan 30x30 meter persegi, saya sudah memiliki 150 batang pohon yang berbuah lebat. Jika sehari saja laku 10 Kg, maka sudah berpenghasilan Rp 400 ribu per hari.


Gambar 3. Jambu Madu Siap Untuk di Jual


Jadi dari 100 batang dengan panen 1 kg per batang saja, tiap bulannya sudah bisa mengalahkan penghasilan dari sawit dua hektare.

Untuk tahu lebih banyak budidaya Jambu MDH ini dapat menghubungi saya (Rafi di 081371015202). Atau bisa juga langsung berkunjung ke kebun saya yang beralamat Jalan Sepakat, Perum BMP Blok B No. 8, Kulim Pekanbaru. (Tulisan dimuat juga di bertuah.com)